Sabtu, 28 April 2012

Peran Bermain Bagi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini”.

Berbicara mengenai seorang anak, tidak luput dari pada membahas tentang perkembangan dan petumbuhan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut teori kovergensi pertumbuhan dan perkembangan anak  dipengaruhi oleh  genetik dan millieu (bawaan dan lingkungan). Pada dasarnya anak (manusia) telah dianugrahi oleh allah potensi-potensi yang begitu banyak, dan ini harus dikembangkan melalui pendidikan dan lain sebagainya.

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai seorang anak, tidak luput dari pada membahas tentang perkembangan dan petumbuhan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut teori kovergensi pertumbuhan dan perkembangan anak  dipengaruhi oleh  genetik dan millieu (bawaan dan lingkungan). Pada dasarnya anak (manusia) telah dianugrahi oleh allah potensi-potensi yang begitu banyak, dan ini harus dikembangkan melalui pendidikan dan lain sebagainya.

Di Indonesia pendidikan untuk anak (0-6) masih boleh dikatakan kurang dalam artiyan belum pemileyer dikalangan orang tua. Mereka hanya tahu pendidikan dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Namun semenjak terbitnya undang-udang sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Padangan orang tua tentang pendidikan sudah beransur berubah, karena di sisdiknas tersebut ada pasal yang membahas tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.

Yang mana pendidikan anak usia dini ini adalah sebagai upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[1]

Salah satu lembaga pendidikan formal yang mendidik anak usia dini di indonesia ialah lembaga paud yang dibawah naungan atau binaan kementerian pendidikan nasional. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Keguruan Tinggi Yang mana lembaga ini bertugas untuk membina anak-anak prasekolah dan untuk mempermudah anak-anak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Dalam proses pembelajaran lembaga paud (guru paud) dituntut supaya profesional dalam artiyan kreatif, inovatif dan fleksibel dalam mendidik anak-anak prasekolah ini.

Salah satu metode yang sering digunakan dalam mendidik anak-anak prasekolah ialah dengan bermain sambil belajar. Menurut Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya “pendidikan anak prasekolah” bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan guru dan berakhir pada bermain dengan diarahkan. [2]

Dengan bermain anak dapat mengeksplorasi apa yang yang ada di dalam diri dan ingatannya. Juga dapat mengembangan pertumbuhan kognitif, afektik dan psikomotorik anak.

Dari uraian diatas penulis merasa tertarik ingin mengetahui lebih jauh tetang metode bermain sebagai salah satu metode perkembangan dan pertumbuhan bagi anak, dengan bentuk karya ilmiyah berupa makalah yang mana diberi judul “Peran Bermain Bagi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini”.

B.   Perumusan masalah
1.        Apa yang dimaksud dengan bermain anak usia dini
2.        Apa yang dimaksud perkembangan sosial anak usia dini
3.        Bagaimana peran bermain bagi perkembangan sosial anak usia dini
C.   Batasan masalah
Makalah ini dibatasi pada permasalahan peran bermain bagi perkembangan sosil anak usia dini

D.   Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mendapatkan mengetahi hal sebagai berikut :
1.            Ingin mengetahui bagaimana bermain anak usia dini
2.            Ingin mengetahui bagaimana perkembangan sosial anak usia dini
3.            Ingin mengetahui bagaimana peran bermain bagi perkembangan sosial anak usia dini



















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Bermain anak usia dini
Dalam kamus bahasa Indonesia bermain barasal dari kata main yang artinya melakukan perbuatan untuk menyenangkan hati yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan, sedangkan bermain ialah proses ketika melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati.[3]

Menurut Spodek dalam Soemiarti Patmonodewo bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikolog ahli filsafat dan banyak orang lagi sejak beberapa dekade. Mereka bertentangan untuk lebih memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain benar-benar merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka ragam bentuk. Bermain itu sendiri bukan hanya tampak pada tingkah laku anak pada usia dewasa bahkan bukan hanya pada manusia. [4]

Bermain sering dikatakan sebagai suatu fenomena yang paling alamiah dan luas serta memegang peranan penting dalam proses perkembanga anak. Ada 5 pengertian sehubungan dengan bermain yaitu :
  1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
  2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.
  3. Bersifat spontan dan sukarela
  4. Melibatkan peran aktif anak
  5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain seperti misalnya : kemampuan kreatifitas, kemapuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, disiplin, mengendalikan emosi dan lain sebgainya.[5]

Bermain dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang khusus serta mengsyikan bagi anak-anak usia dini. Bermain dapat membantu anak-anak untuk memantapkan kesatuan pengetahuan, sebab semua itu menyatukan bahasa, berfikir, sikap, dan imaninasi serta kreativitas. Bermain mengarahkan perkembangan dan menstimulasi anak-anak untuk memperkaya dan membekali mereka agar berprilaku sesuai dengan aturan. [6]

Kegiatan bermain dan belajar dapat terjadi dalam ruangan maupun diluar ruangan. Agar kelas dan ruang diluar kelas dapat membantu anak untuk berkembang dengan baik, maka lingkungan bermain ini perlu direncanakan dan ditata sedemekian rupa oleh guru dan stafnya.[7]

Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati bermain adalah metode efektif untuk mengembangkan kreativitas anak. Strategi  dan pendekatan apa pun yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas dapat dilakukan dalam bentuk permainan. Sebab pada hakekatnya bermain bagi anak adalah belajar dan bekerja, dan kreatifitas lebih banyak berkaitan dengna bermain daripada bekerja.[8]

Jadi, menurut penulis bahwa metode bermain anak usia dini ialah suatu cara anak untuk bisa mengekspresikan apa yang anak kehendaki melalui arahan gurunya, dan dengan bermain anak bisa memberdayakan kognitifnya melalui ekspresi yang anak perbuat.

B.   Perkembangan sosial anak
Perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua, lingkungan masyarakat dan termasuk sekolah. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak ialah bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebayanya atau teman-teman yang lebih tua dari padanya ; terlepas dari betul dan salahnya anak dalam bergaul dengan temannya.

Anak yang cerdas, walaupun umurnya 6 tahun, tetapi sudah mampu mengikuti permainan yang membutuhkan strategi berpikir seperti catur. Oleh karena itu biasanya anakyang cerdas lebih suka bermain dengan anak yang usianya lebih tua, sedangkan anak yang kurang cerdas merasa lebih cocok dengan anak yang lebih muda usianya. [9]

Perekembangan sosial anak bemula dari semenjak bayi, sejalan dengan pertumbuhannya badannya, bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi orang dewasa itu, akan mengenal lingkungannya lebih luas, mengenai banyak manusia. Perkenalannya dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian mengenal ayah dan keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikenalnya semakin banyak dan amat hitrogen, namun pada umumnya setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis. Anak membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya, memahami dunia anak, dan kemudian dunia pergaulan yang lebih luas. Akhirnya manusia mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau kehidupan sosial. Dalam perkembangan setiap anak (manusia) akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi. [10]

Untuk menumbuh kembangkan sosial anak ialah dengan cara bermain (bebas dan terarah), atau berinteraksi dengan teman-temanya. Dengan bermain atau beriteraksi dengan teman-temannya diharapkan anak bisa mengembangkan kreativitasnya, kerjasama, dan saling kasih sesama temanya.

C.   Peran bermain bagi perkembangan sosial anak

Di dalam kamus bahasa Indonesia peran ialah pemain sandiwara.[11], sedangkan peran bermain ialah bagaimana metode bermain ini menjadi suatu sandiwara dalam mengembangkan sosial anak.

Fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat khususnya bagi anak-anak ( usia prasekolah 3 s/d 6 tahun). Banyak anak-anak yang sulit bahkan tidak mau belajar ketika dimasukan ke taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini dan raudhatul atpal. Maka timbulah suatu pertanyaan what happening. Pada hal anak usia tesebut merupakan masa-masa golden egs (masa keemasan), disinilah nanti kita bisa menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada anak.

Ada dua penyebab kesulitan belajar anak, yaitu faktor internal dan eksternal. Penyebab kesulitan belajar (learning disabilities) anak adalah faktor internal, yaitu ada kemungkinan disfungsi neorologis ; sedangkan penyebab eksternal ialah antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. [12]

Menurut Soemiarti, bermain merupakan cara belajar yang terbaik bagi anak prasekolah.[13] Bila kita mengunjungi taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini, kita akan disembut dengan anak-anak berserta guru-gurunya dengan bernyanyi dan lain-lain. Dan juga dapat kita dapati ada anak-anak yang lagi bermain kelompok, bahkan ada yang bermain sendiri tidak menhiraukan teman-temannya yang lain.

Bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan diarahkan, dalam bermain bebas dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan bermain di mana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih begaiman menggunakan alat-alat tersebut, sedangkan kegiatan bermain dengan bimbingan, guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep (pengertian) tertentu. Sedangkan dalam bermain diarahkan guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. Menyanyikan suatu lagu, bersama bermain jari dan bermain dalam lingkaran. [14]

Para pendidik manyadari bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagai anak-anak usia muda/dini. Bermain merupakan cara/jalan bagi aka untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungnnya. Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak. Hampir semua program kegiatan pendidikan prasekolah menyelenggarakan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya. Untuk itu para guru sebaiknya merencanakan secara cermat kegiatan bermain tersebut dengan dukungan lingkungan sekolah.[15]

Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak, meningkatkan afliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan beriteraksi dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikan peran-peran yang mereka akan laksanakan dalam kehidupan masa depanya.

Peran bermain bagi anak, sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendri. Bermain selayaknya dilakukan dengan rsa senang, sehingga semua kegiatan bermainyang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak berkembang secara oftimal.

Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekola maupun di rumah. Disamping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain anak belajar untuk bermasyarakat, beriteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam mebentuk hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan acara mengahadapi serta memecahkan masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Dalam bermain anak juga belajar dalam mamahami standar moral, tentang nilai-nilai yang baik dan nilai yang kurang baik (buruk), sehingga terjalin bentuk komunikasi karena dari hubungan tersebut anak akan belajar bekerja sama murah hati, jujur, sportif, dan disanangi banyak orang atau teman.

Bermain juga mengembangkan asfek  kognitif. Dalam bermain gerak dan lagu, anak-anak belajar untuk menyadari dan menguasai tentang bilangan, huruf, kecepatan, berah, arah, keseimbangan, dan lain-lain. Dan dengan bermain bersama teman. Mereka belajar melatih konsep sosial, mengetahui aturan dan belajar tentang aspek-aspek yang ada dalam kebudayaan mereka. [16]

Jadi peran bermain bagi perkembangan sosial anak sangatlah berperan, dengan bermain anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Menumbuhkan rasa pencaya diri dan dan bisa mengembangkan asfek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.









BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Bermain merupakan salah satu metode pengajaran di pendidikan anak prasekolah. Dengan bermain, anak prasekolah bisa lebih leluasa mengenal sesuatu dan anak bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga membuat anak tidak anti terhadap sesuatu yang baru. Dan dengan bermain dapat mengembangkan rasa sosial anak terhadap lingkunngannya. Jadi dapatlah disimpulkan bahwa peran bermain bagi pengembangan sosial anak sangatlah berperan, karena dengan bermain ; disanalah terjadi interaksi anak terhadap apa yang ada di sekolah maupun dilingkungannya.

B.       Kata Penutup
Demikianlah makalah ini saya buat semaksimal mungking, kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan.

                                                                                    Penulis


                                                                                ASI NOPRINI
                                                                          NIM. Pp. 210.2.1352








BIBLIOGRAFI

Anonim. (2009). Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Alfabeta

Desy Anwar. (2003). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Amelia Surabaya

Diana Mutiah, (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Group

Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Gaung Persada Press

Mulyono Abdurrahman. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Sunarto dan Agung Hartono. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Rineka Cipta

Soemiarti Patmonodewo. (2008). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreatifitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak.  Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Keguruan Tinggi


[1] Anonim, Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta : Alfabeta. 2009 hal 24
[2] Soemiarti Patmodewo, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009 hal 102-203
[3] Desy Anwar. Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya : Amelia Surabaya, 2003 hal 270
[4] Soemiarti Patmonodewo, Loc., Cit.
[5] Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Manan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Gaung Persada Press, 2010 hal 285
[6] Ibid., hal 289-290
[7] Ibid.
[8] Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Keguruan Tinggi, 2005 hal 55
[9] Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2010 hal 103
[10] Sunarto dan Agung Hartono,  Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rineka Cipta, 2008 hal 26-27
[11] Desy Anwar, Op., Cit. hal 320
[12] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.  Jakarta : Rineka Cipta, 2009 hal  13
[13] Soemiarti Patmonodewo, Op., Cit. hal 101
[14] Ibid,. hal 102-103
[15] Ibid., hal 112
[16] Diana Mutiah, Op., Cit. hal 140-141

Tidak ada komentar:

Posting Komentar