BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbicara
mengenai seorang anak, tidak luput dari pada membahas tentang perkembangan dan
petumbuhan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut teori kovergensi
pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi oleh genetik dan
millieu (bawaan dan lingkungan). Pada dasarnya anak (manusia) telah dianugrahi
oleh allah potensi-potensi yang begitu banyak, dan ini harus dikembangkan
melalui pendidikan dan lain sebagainya.
Di Indonesia
pendidikan untuk anak (0-6) masih boleh dikatakan kurang dalam artiyan belum
pemileyer dikalangan orang tua. Mereka hanya tahu pendidikan dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Namun semenjak
terbitnya undang-udang sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Padangan orang tua
tentang pendidikan sudah beransur berubah, karena di sisdiknas tersebut ada
pasal yang membahas tentang pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.
Yang
mana pendidikan anak usia dini ini adalah sebagai upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.[1]
Salah
satu lembaga pendidikan formal yang mendidik anak usia dini di indonesia
ialah lembaga paud yang dibawah naungan atau binaan kementerian pendidikan
nasional. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Keguruan Tinggi Yang mana
lembaga ini bertugas untuk membina anak-anak prasekolah dan untuk mempermudah
anak-anak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Dalam proses
pembelajaran lembaga paud (guru paud) dituntut supaya profesional dalam artiyan
kreatif, inovatif dan fleksibel dalam mendidik anak-anak prasekolah ini.
Salah
satu metode yang sering digunakan dalam mendidik anak-anak prasekolah ialah
dengan bermain sambil belajar. Menurut Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya
“pendidikan anak prasekolah” bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan
sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas,
bermain dengan bimbingan guru dan berakhir pada bermain dengan diarahkan. [2]
Dengan
bermain anak dapat mengeksplorasi apa yang yang ada di dalam diri dan
ingatannya. Juga dapat mengembangan pertumbuhan kognitif, afektik dan
psikomotorik anak.
Dari
uraian diatas penulis merasa tertarik ingin mengetahui lebih jauh tetang metode
bermain sebagai salah satu metode perkembangan dan pertumbuhan bagi anak,
dengan bentuk karya ilmiyah berupa makalah yang mana diberi judul “Peran
Bermain Bagi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini”.
B.
Perumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan bermain anak usia dini
2.
Apa yang dimaksud perkembangan sosial anak usia dini
3.
Bagaimana peran bermain bagi perkembangan sosial anak
usia dini
C.
Batasan masalah
Makalah
ini dibatasi pada permasalahan peran bermain bagi perkembangan sosil anak usia
dini
D.
Tujuan
Dalam
penulisan makalah ini penulis ingin mendapatkan mengetahi hal sebagai berikut :
1.
Ingin mengetahui bagaimana bermain anak usia dini
2.
Ingin mengetahui bagaimana perkembangan sosial anak usia
dini
3.
Ingin mengetahui bagaimana peran bermain bagi
perkembangan sosial anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bermain anak usia dini
Dalam
kamus bahasa Indonesia bermain barasal dari kata main yang artinya melakukan
perbuatan untuk menyenangkan hati yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan,
sedangkan bermain ialah proses ketika melakukan sesuatu untuk menyenangkan
hati.[3]
Menurut
Spodek dalam Soemiarti Patmonodewo bermain merupakan suatu fenomena yang sangat
menarik perhatian para pendidik, psikolog ahli filsafat dan banyak orang lagi
sejak beberapa dekade. Mereka bertentangan untuk lebih memahami arti bermain
dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain benar-benar merupakan pengertian
yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka ragam bentuk. Bermain itu
sendiri bukan hanya tampak pada tingkah laku anak pada usia dewasa bahkan bukan
hanya pada manusia. [4]
Bermain
sering dikatakan sebagai suatu fenomena yang paling alamiah dan luas serta
memegang peranan penting dalam proses perkembanga anak. Ada 5 pengertian sehubungan dengan bermain
yaitu :
- Sesuatu
yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak.
- Tidak
memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.
- Bersifat
spontan dan sukarela
- Melibatkan
peran aktif anak
- Memiliki
hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain seperti
misalnya : kemampuan kreatifitas, kemapuan memecahkan masalah, belajar
bahasa, perkembangan sosial, disiplin, mengendalikan emosi dan lain
sebgainya.[5]
Bermain
dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang khusus serta mengsyikan bagi
anak-anak usia dini. Bermain dapat membantu anak-anak untuk memantapkan
kesatuan pengetahuan, sebab semua itu menyatukan bahasa, berfikir, sikap, dan
imaninasi serta kreativitas. Bermain mengarahkan perkembangan dan menstimulasi
anak-anak untuk memperkaya dan membekali mereka agar berprilaku sesuai dengan
aturan. [6]
Kegiatan
bermain dan belajar dapat terjadi dalam ruangan maupun diluar ruangan. Agar
kelas dan ruang diluar kelas dapat membantu anak untuk berkembang dengan baik,
maka lingkungan bermain ini perlu direncanakan dan ditata sedemekian rupa oleh
guru dan stafnya.[7]
Menurut
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati bermain adalah metode efektif untuk
mengembangkan kreativitas anak. Strategi
dan pendekatan apa pun yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas
dapat dilakukan dalam bentuk permainan. Sebab pada hakekatnya bermain bagi anak
adalah belajar dan bekerja, dan kreatifitas lebih banyak berkaitan dengna
bermain daripada bekerja.[8]
Jadi,
menurut penulis bahwa metode bermain anak usia dini ialah suatu cara anak untuk
bisa mengekspresikan apa yang anak kehendaki melalui arahan gurunya, dan dengan
bermain anak bisa memberdayakan kognitifnya melalui ekspresi yang anak perbuat.
B.
Perkembangan sosial anak
Perkembangan
sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua, lingkungan
masyarakat dan termasuk sekolah. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan
sosial anak ialah bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebayanya
atau teman-teman yang lebih tua dari padanya ; terlepas dari betul dan salahnya
anak dalam bergaul dengan temannya.
Anak
yang cerdas, walaupun umurnya 6 tahun, tetapi sudah mampu mengikuti permainan
yang membutuhkan strategi berpikir seperti catur. Oleh karena itu biasanya
anakyang cerdas lebih suka bermain dengan anak yang usianya lebih tua,
sedangkan anak yang kurang cerdas merasa lebih cocok dengan anak yang lebih
muda usianya. [9]
Perekembangan
sosial anak bemula dari semenjak bayi, sejalan dengan pertumbuhannya badannya,
bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi orang dewasa itu, akan
mengenal lingkungannya lebih luas, mengenai banyak manusia. Perkenalannya
dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian mengenal ayah dan
keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikenalnya semakin banyak dan amat
hitrogen, namun pada umumnya setiap anak akan lebih tertarik kepada teman
sebaya yang sama jenis. Anak membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya,
memahami dunia anak, dan kemudian dunia pergaulan yang lebih luas. Akhirnya
manusia mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau kehidupan sosial.
Dalam perkembangan setiap anak (manusia) akhirnya mengetahui bahwa manusia itu
saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi. [10]
Untuk
menumbuh kembangkan sosial anak ialah dengan cara bermain (bebas dan terarah),
atau berinteraksi dengan teman-temanya. Dengan bermain atau beriteraksi dengan
teman-temannya diharapkan anak bisa mengembangkan kreativitasnya, kerjasama,
dan saling kasih sesama temanya.
C.
Peran bermain bagi perkembangan sosial anak
Di
dalam kamus bahasa Indonesia peran ialah pemain sandiwara.[11],
sedangkan peran bermain ialah bagaimana metode bermain ini menjadi suatu
sandiwara dalam mengembangkan sosial anak.
Fenomena
yang terjadi dikalangan masyarakat khususnya bagi anak-anak ( usia prasekolah 3
s/d 6 tahun). Banyak anak-anak yang sulit bahkan tidak mau belajar ketika
dimasukan ke taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini dan raudhatul atpal.
Maka timbulah suatu pertanyaan what happening. Pada hal anak usia
tesebut merupakan masa-masa golden egs (masa keemasan), disinilah nanti
kita bisa menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada anak.
Menurut
Soemiarti, bermain merupakan cara belajar yang terbaik bagi anak prasekolah.[13]
Bila kita mengunjungi taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini, kita akan
disembut dengan anak-anak berserta guru-gurunya dengan bernyanyi dan lain-lain.
Dan juga dapat kita dapati ada anak-anak yang lagi bermain kelompok, bahkan ada
yang bermain sendiri tidak menhiraukan teman-temannya yang lain.
Bermain
dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian
kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan
berakhir pada bermain dengan diarahkan, dalam bermain bebas dapat didefenisikan
sebagai suatu kegiatan bermain di mana anak mendapat kesempatan melakukan
berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih begaiman menggunakan alat-alat
tersebut, sedangkan kegiatan bermain dengan bimbingan, guru memilih alat
permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep
(pengertian) tertentu. Sedangkan dalam bermain diarahkan guru mengajarkan
bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. Menyanyikan suatu lagu,
bersama bermain jari dan bermain dalam lingkaran. [14]
Bermain
merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak, meningkatkan afliasi
dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,
meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku
yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa
anak-anak akan berbicara dan beriteraksi dengan satu sama yang lain. Selama
interaksi ini anak-anak mempraktikan peran-peran yang mereka akan laksanakan
dalam kehidupan masa depanya.
Peran
bermain bagi anak, sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendri.
Bermain selayaknya dilakukan dengan rsa senang, sehingga semua kegiatan
bermainyang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Anak-anak
belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan
bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa membantu anak-anak
berkembang secara oftimal.
Bermain
dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar berbagai
hal yang tidak diperoleh anak di sekola maupun di rumah. Disamping itu, akan
menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial
anak di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang
sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain
anak belajar untuk bermasyarakat, beriteraksi dengan teman lainnya, belajar
dalam mebentuk hubungan sosial, belajar berkomunikasi dan acara mengahadapi
serta memecahkan masalah yang muncul dalam hubungan tersebut. Dalam bermain
anak juga belajar dalam mamahami standar moral, tentang nilai-nilai yang baik
dan nilai yang kurang baik (buruk), sehingga terjalin bentuk komunikasi karena
dari hubungan tersebut anak akan belajar bekerja sama murah hati, jujur,
sportif, dan disanangi banyak orang atau teman.
Bermain
juga mengembangkan asfek kognitif. Dalam
bermain gerak dan lagu, anak-anak belajar untuk menyadari dan menguasai tentang
bilangan, huruf, kecepatan, berah, arah, keseimbangan, dan lain-lain. Dan
dengan bermain bersama teman. Mereka belajar melatih konsep sosial, mengetahui
aturan dan belajar tentang aspek-aspek yang ada dalam kebudayaan mereka. [16]
Jadi
peran bermain bagi perkembangan sosial anak sangatlah berperan, dengan bermain
anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Menumbuhkan rasa pencaya diri dan
dan bisa mengembangkan asfek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bermain
merupakan salah satu metode pengajaran di pendidikan anak prasekolah. Dengan
bermain, anak prasekolah bisa lebih leluasa mengenal sesuatu dan anak bisa
berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga membuat anak tidak anti terhadap
sesuatu yang baru. Dan dengan bermain dapat mengembangkan rasa sosial anak
terhadap lingkunngannya. Jadi dapatlah disimpulkan bahwa peran bermain bagi
pengembangan sosial anak sangatlah berperan, karena dengan bermain ; disanalah
terjadi interaksi anak terhadap apa yang ada di sekolah maupun dilingkungannya.
B.
Kata Penutup
Demikianlah
makalah ini saya buat semaksimal mungking, kritik dan saran yang konstruktif sangat
diharapkan.
Penulis
ASI NOPRINI
NIM. Pp.
210.2.1352
BIBLIOGRAFI
Anonim. (2009). Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003. Jakarta
: Alfabeta
Desy Anwar. (2003). Kamus Bahasa Indonesia , Jakarta : Amelia Surabaya
Diana Mutiah, (2010). Psikologi
Bermain Anak Usia Dini. Jakarta
: Kencana Prenada Group
Martinis Yamin dan
Jamilah Sabri Sanan. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Gaung Persada
Press
Mulyono Abdurrahman.
(2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sunarto dan Agung
Hartono. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Rineka Cipta
Soemiarti Patmonodewo.
(2008). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Yeni Rachmawati dan
Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreatifitas pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Keguruan Tinggi
[1] Anonim, Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta
: Alfabeta. 2009 hal 24
[2]
Soemiarti Patmodewo, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009 hal 102-203
[4]
Soemiarti Patmonodewo, Loc., Cit.
[5] Martinis
Yamin dan Jamilah Sabri Manan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Gaung Persada
Press, 2010 hal 285
[6] Ibid.,
hal 289-290
[7] Ibid.
[8] Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Keguruan Tinggi, 2005 hal 55
[9] Diana
Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2010
hal 103
[10] Sunarto
dan Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta
: Rineka Cipta, 2008 hal 26-27
[11] Desy
Anwar, Op., Cit. hal 320
[12] Mulyono
Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta
: Rineka Cipta, 2009 hal 13
[13]
Soemiarti Patmonodewo, Op., Cit. hal 101
[14] Ibid,.
hal 102-103
[15] Ibid.,
hal 112
[16] Diana
Mutiah, Op., Cit. hal 140-141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar