Anak dengan Keterlambatan Perkembangan
Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan dari beberapa aspek yang
dimilikinya
dibandingkan dengan anak seusianya pada rentang waktu tertentu. Keterlambatan
perkembangan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Beresiko
untuk menjadi terlambat berkembang, terjadi karena adanya faktor-faktor
lingkungan yang bermakna dan besar kemungkinannya untuk menimbulkan
keterlambatan tersebut. Faktor lingkungan tersebut antara lain kemiskinan atau
lahir dengan berat badan rendah. Namun dengan pertolongan dan bantuan yang
layak, anak dengan keterlambatan perkembangan ini akan dapat mencapai
perkembangan yang normal.
2. Anak
yang kehilangan kemampuan, diindikasikan dengan perkembangan yang berbeda
dengan anak lain. Anak dengan kehilangan kemampuan pendengaran atau
penglihatan, keterbelakangan mental atau ketidakmampuan motorik termasuk dalam
kategori ini.
1.
Kehilangan Kemampuan
Pendengaran
Beberapa hal yang
perlu diketahui tentang kehilangan kemampuan pendengaran adalah :
a. Kehilangan
kemampuan pendengaran dapat digolongkan
ke dalam beberapa macam yaitu:
1) Tidak
mampu mendengar adalah suatu kondisi di mana anak kehilangan kemampuan
pendengaran baik yang bersifat permanen maupun sementara, yang dapat
mempengaruhi unjuk hasil belajarnya. Untuk kerusakan yang berat akan
menyebabkan kehilangan kemampuan untuk memproses informasi linguistik yang
diperoleh melalui pendengarannya.
2) Ketulian
adalah kehilangan kemampuan pendengaran yang sifatnya sangat berat. Kondisi ini
mempengaruhi unjuk hasil belajar.
3) Kesulitan
mendengar adalah ketidak mampuan mendengar yang sifatnya berat tetapi belum
termasuk dalam kategori tuli.
b. Kehilangan
kemampuan pendengaran dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1)
Kehilangan pendengaran yang
sudah terjadi pada saat lahir disebut sebagai kehilangan pendengaran bawaan (congenital hearing loss)
2)
Apabila kehilangan kemampuan
ini terjadi sesudah anak lahir disebut kehilangan pendengaran .......(adventitious hearing loss)
c. Penyebab
terjadinya kehilangan kemampuan pendengaran antara lain:
1)
Infeksi intrauterus yang
berasal dari campak jerman, cytomegalovirus, herpes simplex virus
2)
Lahir prematur
3)
Diabetes karena kehamilan
4)
Toxemia selama kehamilan
5)
Kekurangan oksigen sebelum,
saat dan sesudah lahir
6)
Salah pembentukan struktur
alat pendengaran
7)
Bakteri meningitis
8)
Otitis media
9)
Salah minum obat
10)Campak
11)Enchepalitis
12)Cacar air
13)Luka di kepala
14)Terpajan oleh suara
keras yang berulang kali
d. Karakteristik
anak-anak yang tuli atau kesulitan mendengar adalah:
1)
Kesulitan dalam berkomunikasi.
Diketahui bahwa komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang mendasar, sehingga
dalam kehidupannya manusia tidak dapat lepas dari berhubungan dan berkomunikasi
dengan manusia lainnya. Anak yang tuli baik secara kualitas maupun kuantitas
interaksi dan komunikasinya menjadi sangat jauh berbeda dengan anak normal.
2)
Pembelajaran eksperiensial
menjadi terbatas. Mengingat kemampuan mendengarnya terganggu maka sumber-sumber
pembelajaran yang diterimanya melalui pendengaran menjadi terbatas.
3)
Secara kognitif tidak terlalu
banyak berbeda dengan anak normal
4)
Secara akademik biasanya agak
menonjol dibidang matematika, namun untuk bahasa dan membaca masih terus harus
mendapat dukungan dari lingkungan sekitar agar terus berkembang.
5)
Secara sosial emosional karena
mereka terbatas dalam berinteraksi secara langsung di dalam kehidupan
sehari-harinya seringkali hal ini membuat mereka mendapat pajanan untuk bahasa
sosial emosional yang terbatas juga, akibatnya keterampilan sosialnya menjadi
kurang berkembang
6)
Perilaku. Anak-anak tersebut
seringkali tidak diajak bermain oleh teman-teman yang bisa mendengar karena
mereka sulit untuk menerima dan memahami perilaku sosial teman-temannya
tersebut. Karena sulit memahaminya maka mereka pun jadi sangat terbatas
perbendaharaan bahasa emosi padahal bahasa ini dapat membantu mereka untuk
memahami perasaannya sendiri dan orang lain.
Proses identifikasi anak yang kehilangan kemampuan pendengaran. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan jika orangtua atau guru beranggapan seorang
anak itu mengalami kesulitan tersebut. Proses itu disebut dengan Evaluasi
audiologis merupakan rangkaian proses pengukuran dan penilaian yang bertujuan
untuk dapat menentukan derajat kehilangan kemampuan pendengaran, tipe
kehilangan kemampuan pendengaran, dan konfigurasi dari kehilangan kemampuan
pendengaran. Evaluasi audiologis ini tentunya dilakukan oleh seorang yang ahli,
sehingga fungsi orangtua atau guru disini adalah mencoba untuk merujukkan saja.
Apabila seorang anak sudah diketahui mengalami kehilangan kemampuan
pendengaran dengan berbagai derajat kesulitannya maka ia harus segera mendapat
perlakuan yang menyeluruh dan memadai dari berbagai pihak yang terkait. Dengan
demikian anak tersebut tetap dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya
secara optimal.
2.
Kehilangan Kemampuan
Penglihatan
Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi
penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang
paling berat.
a. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan
kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
1)
Low vision yaitu, orang yang
mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan
penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan
strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-alat bantu
dan juga modifikasi lingkungan sekitar
2)
Kebutaan yaitu, orang yang
kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui
adanya cahaya atau tidak.
b. Penyebab
terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan
pada struktur atau fungsi dari mata.
c. Karakteristik
dari anak dengan kehilangan kemampuan penglihatan:
1)
Secara kognitif mengalami
gangguan karena memiliki keterbatasan dalam variasi dan rentang pengalaman yang
didapatkan, mobilitas dan interaksi dengan lingkungan yang terhambat.
Kehilangan pengalaman-pengalaman yang berharga melalui hal-hal yang telah
disebutkan di atas dan juga kurangnya kesempatan untuk mengamati dan menirukan
anak-anak dan orang dewasa lainnya memberikan dampak yang sangat bermakna bagi
perkembangan kognitifnya. Namun pada beberapa orang dengan kehilangan kemampuan
penglihatannya memiliki kemampuan kognitif yang baik bahkan berbakat
2)
Secara akademis apabila ia
tidak mengalami keterbatasan secara kognitif maka ia dapat memperlihatkan hasil
belajar yang baik asalkan lingkungan sekitar memberikan dukungan yang penuh dengan
alat-alat bantu yang memadai.
3)
Secara sosial dan emosional
anak dengan kehilangan kemampuan penglihatan dapat mengalami kesulitan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial karena ia sulit untuk dapat
mengamati, menirukan dan menunjukkan tingkah laku sosial yang tepat. Agar
ketrampilan sosial ini dapat berkembang maka anak-anak tersebut harus
mendapatkan instruksi yang sifatnya sistematis dan langsung yang berkaitan
dengan aspek-aspek sosial emosional yang harus dilakukan
4)
Dalam berperilaku seringkali
terlihat kurang matang, merasa terisolasi dan kurang asertif terutama sekali
jika lingkungan kurang kondusif. Selain itu ada perilaku stereotip yang
dimunculkan seperti mengerjapkan mata, menjentikan jari, menggoyangkan badan
atau kepala, atau menggeliatkan badan. Hal ini sering muncul dikarenakan mereka
kehilangan stimulasi sensori, terbatasnya gerakan dan aktivitas mereka
dilingkungan, kurangnya interaksi sosial.
Untuk dapat mengidentifikasi apakah seorang anak itu mengalami kehilangan
kemampuan penglihatan maka ia harus dirujuk kepada ahlinya yaitu dokter mata
atau ahli mata terlatih dengan demikian akan diketahui sejauh mana anak
tersebut kehilangan kemampuan penglihatannya dan perlakuan yang harus diberikan
kepadanya. Setelah itu dibuatkan program yang khusus dengan melibatkan pemangku
kepentingan yang lain.
3.
Gangguan Berbicara dan
Berbahasa
Menurut IDEA (Individuals with
Disabilities Education Act) tahun 1997, gangguan ini mengacu pada gangguan
komunikasi seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan
suara yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak.
a. Berbahasa dapat diaplikasikan dalam dua hal yaitu:
1) Bahasa
ekspresif mengacu pada kemampuan individu di dalam menghasilkan suatu bahasa.
Misalkan: menyampaikan isi pikiran atau pendapat secara verbal.
2) Bahasa reseptif
mengacu pada kemampuan individu memahami suatu bahasa. Misalkan: orang yang mengerti bahasa asing tetapi ia
tidak dapat berbicara dalam bahasa asing tersebut.
b. Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada
anak dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu:
1) Secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan
susunan saraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh.
Misalkan: langit-langit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal dan pendek.
2) Lingkungan, dimana anak yang mengalami gangguan ini
dikarena mendapat infeksi telinga yang berulang yang berakibat mengganggu
pendengarannya atau sampai membuat ketulian. Hal lain yang juga berkontribusi
adalah penelantaran dan perlakuan salah pada anak.
c. Karakteristik
dari anak dengan gangguan bicara dan berbahasa
1) Secara kognitif mereka dapat berada dalam rentang
tingkat kemampuan kognisi yang tinggi hingga yang terbelakang.
2) Secara akademik, pada anak usia dini yang dituntut
untuk dapat mengekspresikan hasil pikirannya secara verbal maka anak akan
mengalami kesulitan. Di samping itu anak
harus memahami bahasa tersebut yang kemudian digunakan untuk belajar membaca
dan menulis. Diketahui bahwa keterampilan berbicara dan berbahasa itu akan
dipergunakan dalam setiap aspek kegiatan sekolah, misalnya untuk mempelajari
subyek matematika, seni, dan kesadaran lingkungan bahkan saat istirahatpun akan
memerlukan bahasa.
3) Secara sosial emosional, biasanya anak akan
memiliki masalah juga. Terutama berkaitan dengan konsep diri yang dimilikinya.
Apabila lingkungan banyak yang mencemoohkan dirinya maka anak cenderung akan memiliki konsep diri yang
negatif. Ketika anak mengalami kesulitan dalam menyampaikan isi pikirannya
karena penggunaan artikulasi yang salah, menyebabkan orang lain tidak dapat
memahaminya. Keadaan ini membuat anak merasa terisolasi oleh lingkungannya.
4) Tingkah lakunya seringkali tidak sesuai dengan
tuntutan lingkungan. Misalnya anak batita yang kesulitan bicara ketika
keinginannya tidak dapat dimengerti oleh orang lain maka batita tersebut akan
berperilaku agresif dan tingkah laku ini tidak dapat diterima oleh
lingkungannya. Dengan bertambahnya usia dari anak dengan gangguan bicara dan
berbahasa ini apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat maka ia akan
cenderung untuk menjadi lebih bermasalah dalam berperilaku.
Apabila orangtua atau guru menemukan anak dengan gangguan bicara dan
berbahasa maka mereka harus segera merujuk kepada ahlinya yaitu dokter Telinga
Hidung dan Tenggorokan dan mengikuti terapi yang disarankan.
4. Gangguan pada Fisik
Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari
seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat.
a. Penyebab
dari gangguan fisik ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1)
Kelainan bawaan yang
menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak
lengkap atau berlebih.
2)
Penyakit seperti
poliomyelitis, TBC tulang dll
3)
Penyebab lain seperti gangguan
neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida,
amputasi, retak atau terbakar.
Cerebral palsy merupakan gangguan pada fisik yang cukup banyak dikenal
orang.
Jenis-jenis dari Cerebral Palsy adalah:
Ø Spastic
cerebral palsy, dimana kondisi dari otot-otot anak tersebut adalah sangat kaku
sehingga gerakan menjadi tidak wajar
Ø Athetoid
cerebral palsy, dimana anak tidak mampu untuk mengendalikan gerakan dari
otot-ototnya sehingga seringkali ia akan melakukan gerakan-gerakan yang tidak
perlu tanpa mampu mengendalikannya.
Ø Ataxic
cerebral palsy, merupakan gangguan yang jarang dimana keseimbangan dan
koordinasi motoriknya menjadi terganggu.
Ø Gabungan
dari macam-macam cerebral palsy ini disebut mixed cerebral palsy.
b. Karakteristik
anak dengan gangguan fisik.
1)
Secara kognitif dan akademik,
anak dengan gangguan fisik akan memiliki fungsi kognitif dengan rentang dari
yang rendah hingga yang tinggi. Sehingga anak-anak yang mengalami gangguan
fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik maka ia akan dapat berkembang
dengan baik, asalkan gangguan fisiknya dapat ditangani dengan baik. Misalkan
anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap namun pintar ia dapat masuk sekolah
dimana sekolah itu memberikan fasilitas yang cukup sehingga anak tersebut tidak
memperoleh kesulitan mengakses kelas dan ruang-ruang lainnya.
2)
Secara perilaku, anak dapat
terganggu apabila gangguan yang dimilikinya itu menghambat gerakan, interaksi
dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat keterampilan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya
3)
Secara emosional, pada umumnya
anak dengan gangguan fisik ini akan memiliki konsep diri yang rendah. Oleh
karena itu harus terus didukung dan dikembangkan konsep diri yang positif pada
anak tersebut
4)
Secara sosial, anak dengan
gangguan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain untuk dapat berinteraksi
dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses yang sesuai sehingga gangguan
fisik yang dimilikinya tidak terhambat.
5)
Secara fisik dan medis, anak
dengan gangguan ini akan memiliki kondisi fisik dan medis yang berbeda dengan
anak secara umum dan memerlukan perhatian yang khusus.
c. Cara
mengidentifikasi anak dengan gangguan fisik adalah dengan melakukan asesmen
terhadap kondisi medis dan fungsi fisiknya. Selain itu perlu juga dilakukan
asesment terhadap fungsi intelektual, prestasi akademik, bahasa dan area-area
lain yang terkait. Semua asesmen ini dilakukan oleh ahlinya.
Apabila telah diketahui kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh anak
dengan gangguan fisik ini maka penanganan harus segera dilakukan sejak dini dan
menyeluruh, agar anak dapat berkembang secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar