Senin, 27 Februari 2012

Perkembangan Anak Dengan Berkebutuhan Khusus (Bag.1)

Anak dengan Keterlambatan Perkembangan
Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan dari beberapa aspek yang dimilikinya dibandingkan dengan anak seusianya pada rentang waktu tertentu. Keterlambatan perkembangan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu:
1.    Beresiko untuk menjadi terlambat berkembang, terjadi karena adanya faktor-faktor lingkungan yang bermakna dan besar kemungkinannya untuk menimbulkan keterlambatan tersebut. Faktor lingkungan tersebut antara lain kemiskinan atau lahir dengan berat badan rendah. Namun dengan pertolongan dan bantuan yang layak, anak dengan keterlambatan perkembangan ini akan dapat mencapai perkembangan yang normal.
2.    Anak yang kehilangan kemampuan, diindikasikan dengan perkembangan yang berbeda dengan anak lain. Anak dengan kehilangan kemampuan pendengaran atau penglihatan, keterbelakangan mental atau ketidakmampuan motorik termasuk dalam kategori ini.
1.        Kehilangan Kemampuan Pendengaran
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang kehilangan kemampuan pendengaran adalah :
a.    Kehilangan kemampuan pendengaran  dapat digolongkan ke dalam   beberapa macam yaitu:
1)   Tidak mampu mendengar adalah suatu kondisi di mana anak kehilangan kemampuan pendengaran baik yang bersifat permanen maupun sementara, yang dapat mempengaruhi unjuk hasil belajarnya. Untuk kerusakan yang berat akan menyebabkan kehilangan kemampuan untuk memproses informasi linguistik yang diperoleh melalui pendengarannya.
2)   Ketulian adalah kehilangan kemampuan pendengaran yang sifatnya sangat berat. Kondisi ini mempengaruhi unjuk hasil belajar.
3)   Kesulitan mendengar adalah ketidak mampuan mendengar yang sifatnya berat tetapi belum termasuk dalam kategori tuli.
b.    Kehilangan kemampuan pendengaran dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1)   Kehilangan pendengaran yang sudah terjadi pada saat lahir disebut sebagai kehilangan pendengaran bawaan (congenital hearing loss)
2)   Apabila kehilangan kemampuan ini terjadi sesudah anak lahir disebut kehilangan pendengaran .......(adventitious hearing loss)
c.    Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan pendengaran antara lain:
1)   Infeksi intrauterus yang berasal dari campak jerman, cytomegalovirus, herpes simplex virus
2)   Lahir prematur
3)   Diabetes karena kehamilan
4)   Toxemia selama kehamilan
5)   Kekurangan oksigen sebelum, saat dan sesudah lahir
6)   Salah pembentukan struktur alat pendengaran
7)   Bakteri meningitis
8)   Otitis media
9)   Salah minum obat
10)Campak
11)Enchepalitis
12)Cacar air
13)Luka di kepala
14)Terpajan oleh suara keras yang berulang kali

d.   Karakteristik anak-anak yang tuli atau kesulitan mendengar adalah:
1)   Kesulitan dalam berkomunikasi. Diketahui bahwa komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang mendasar, sehingga dalam kehidupannya manusia tidak dapat lepas dari berhubungan dan berkomunikasi dengan manusia lainnya. Anak yang tuli baik secara kualitas maupun kuantitas interaksi dan komunikasinya menjadi sangat jauh berbeda dengan anak normal.
2)   Pembelajaran eksperiensial menjadi terbatas. Mengingat kemampuan mendengarnya terganggu maka sumber-sumber pembelajaran yang diterimanya melalui pendengaran menjadi terbatas.
3)   Secara kognitif tidak terlalu banyak berbeda dengan anak normal
4)   Secara akademik biasanya agak menonjol dibidang matematika, namun untuk bahasa dan membaca masih terus harus mendapat dukungan dari lingkungan sekitar agar terus berkembang.
5)   Secara sosial emosional karena mereka terbatas dalam berinteraksi secara langsung di dalam kehidupan sehari-harinya seringkali hal ini membuat mereka mendapat pajanan untuk bahasa sosial emosional yang terbatas juga, akibatnya keterampilan sosialnya menjadi kurang berkembang
6)   Perilaku. Anak-anak tersebut seringkali tidak diajak bermain oleh teman-teman yang bisa mendengar karena mereka sulit untuk menerima dan memahami perilaku sosial teman-temannya tersebut. Karena sulit memahaminya maka mereka pun jadi sangat terbatas perbendaharaan bahasa emosi padahal bahasa ini dapat membantu mereka untuk memahami perasaannya sendiri dan orang lain.
Proses identifikasi anak yang kehilangan kemampuan pendengaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan jika orangtua atau guru beranggapan seorang anak itu mengalami kesulitan tersebut. Proses itu disebut dengan Evaluasi audiologis merupakan rangkaian proses pengukuran dan penilaian yang bertujuan untuk dapat menentukan derajat kehilangan kemampuan pendengaran, tipe kehilangan kemampuan pendengaran, dan konfigurasi dari kehilangan kemampuan pendengaran. Evaluasi audiologis ini tentunya dilakukan oleh seorang yang ahli, sehingga fungsi orangtua atau guru disini adalah mencoba untuk merujukkan saja.
Apabila seorang anak sudah diketahui mengalami kehilangan kemampuan pendengaran dengan berbagai derajat kesulitannya maka ia harus segera mendapat perlakuan yang menyeluruh dan memadai dari berbagai pihak yang terkait. Dengan demikian anak tersebut tetap dapat mengembangkan kemampuan dan potensinya secara optimal.

2.        Kehilangan Kemampuan Penglihatan
Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat.
a. Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
1)   Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar
2)   Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak.
 b. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
 c. Karakteristik dari anak dengan kehilangan kemampuan penglihatan:
1)   Secara kognitif mengalami gangguan karena memiliki keterbatasan dalam variasi dan rentang pengalaman yang didapatkan, mobilitas dan interaksi dengan lingkungan yang terhambat. Kehilangan pengalaman-pengalaman yang berharga melalui hal-hal yang telah disebutkan di atas dan juga kurangnya kesempatan untuk mengamati dan menirukan anak-anak dan orang dewasa lainnya memberikan dampak yang sangat bermakna bagi perkembangan kognitifnya. Namun pada beberapa orang dengan kehilangan kemampuan penglihatannya memiliki kemampuan kognitif yang baik bahkan berbakat
2)   Secara akademis apabila ia tidak mengalami keterbatasan secara kognitif maka ia dapat memperlihatkan hasil belajar yang baik asalkan lingkungan sekitar memberikan dukungan yang penuh dengan alat-alat bantu yang memadai.
3)   Secara sosial dan emosional anak dengan kehilangan kemampuan penglihatan dapat mengalami kesulitan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial karena ia sulit untuk dapat mengamati, menirukan dan menunjukkan tingkah laku sosial yang tepat. Agar ketrampilan sosial ini dapat berkembang maka anak-anak tersebut harus mendapatkan instruksi yang sifatnya sistematis dan langsung yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial emosional yang harus dilakukan
4)   Dalam berperilaku seringkali terlihat kurang matang, merasa terisolasi dan kurang asertif terutama sekali jika lingkungan kurang kondusif. Selain itu ada perilaku stereotip yang dimunculkan seperti mengerjapkan mata, menjentikan jari, menggoyangkan badan atau kepala, atau menggeliatkan badan. Hal ini sering muncul dikarenakan mereka kehilangan stimulasi sensori, terbatasnya gerakan dan aktivitas mereka dilingkungan, kurangnya interaksi sosial.
Untuk dapat mengidentifikasi apakah seorang anak itu mengalami kehilangan kemampuan penglihatan maka ia harus dirujuk kepada ahlinya yaitu dokter mata atau ahli mata terlatih dengan demikian akan diketahui sejauh mana anak tersebut kehilangan kemampuan penglihatannya dan perlakuan yang harus diberikan kepadanya. Setelah itu dibuatkan program yang khusus dengan melibatkan pemangku kepentingan yang lain.

3.        Gangguan Berbicara dan Berbahasa
Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 1997, gangguan ini mengacu pada gangguan komunikasi seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak.
a. Berbahasa dapat diaplikasikan dalam dua hal yaitu:
 1) Bahasa ekspresif mengacu pada kemampuan individu di dalam menghasilkan suatu bahasa. Misalkan: menyampaikan isi pikiran atau pendapat secara verbal.
 2) Bahasa reseptif mengacu pada kemampuan individu memahami suatu  bahasa. Misalkan: orang yang mengerti bahasa asing tetapi ia tidak dapat berbicara dalam bahasa asing tersebut.
b. Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada anak dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu:
1) Secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan susunan saraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh. Misalkan: langit-langit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebal dan pendek.
2) Lingkungan, dimana anak yang mengalami gangguan ini dikarena mendapat infeksi telinga yang berulang yang berakibat mengganggu pendengarannya atau sampai membuat ketulian. Hal lain yang juga berkontribusi adalah penelantaran dan perlakuan salah pada anak.
c.  Karakteristik dari anak dengan gangguan bicara dan berbahasa
1) Secara kognitif mereka dapat berada dalam rentang tingkat kemampuan kognisi yang tinggi hingga yang terbelakang.
2) Secara akademik, pada anak usia dini yang dituntut untuk dapat mengekspresikan hasil pikirannya secara verbal maka anak akan mengalami kesulitan. Di samping itu  anak harus memahami bahasa tersebut yang kemudian digunakan untuk belajar membaca dan menulis. Diketahui bahwa keterampilan berbicara dan berbahasa itu akan dipergunakan dalam setiap aspek kegiatan sekolah, misalnya untuk mempelajari subyek matematika, seni, dan kesadaran lingkungan bahkan saat istirahatpun akan memerlukan bahasa.
3) Secara sosial emosional, biasanya anak akan memiliki masalah juga. Terutama berkaitan dengan konsep diri yang dimilikinya. Apabila lingkungan banyak yang mencemoohkan dirinya maka  anak cenderung akan memiliki konsep diri yang negatif. Ketika anak mengalami kesulitan dalam menyampaikan isi pikirannya karena penggunaan artikulasi yang salah, menyebabkan orang lain tidak dapat memahaminya. Keadaan ini membuat anak merasa terisolasi oleh lingkungannya.
4) Tingkah lakunya seringkali tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Misalnya anak batita yang kesulitan bicara ketika keinginannya tidak dapat dimengerti oleh orang lain maka batita tersebut akan berperilaku agresif dan tingkah laku ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan bertambahnya usia dari anak dengan gangguan bicara dan berbahasa ini apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat maka ia akan cenderung untuk menjadi lebih bermasalah dalam berperilaku.
Apabila orangtua atau guru menemukan anak dengan gangguan bicara dan berbahasa maka mereka harus segera merujuk kepada ahlinya yaitu dokter Telinga Hidung dan Tenggorokan dan mengikuti terapi yang disarankan.

4. Gangguan pada Fisik
Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dan gerakan halus dari seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringan hingga yang berat.
a.    Penyebab dari gangguan fisik ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1)   Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kaki rata, jumlah anggota tubuh yang tidak lengkap atau berlebih.
2)   Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll
3)   Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan, yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida, amputasi, retak atau terbakar.
Cerebral palsy merupakan gangguan pada fisik yang cukup banyak dikenal orang.
Jenis-jenis dari Cerebral Palsy adalah:
Ø Spastic cerebral palsy, dimana kondisi dari otot-otot anak tersebut adalah sangat kaku sehingga gerakan menjadi tidak wajar
Ø Athetoid cerebral palsy, dimana anak tidak mampu untuk mengendalikan gerakan dari otot-ototnya sehingga seringkali ia akan melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu tanpa mampu mengendalikannya.
Ø Ataxic cerebral palsy, merupakan gangguan yang jarang dimana keseimbangan dan koordinasi motoriknya menjadi terganggu.
Ø Gabungan dari macam-macam cerebral palsy ini disebut mixed cerebral palsy.
b.    Karakteristik anak dengan gangguan fisik.
1)   Secara kognitif dan akademik, anak dengan gangguan fisik akan memiliki fungsi kognitif dengan rentang dari yang rendah hingga yang tinggi. Sehingga anak-anak yang mengalami gangguan fisik namun memiliki kemampuan kognitif yang baik maka ia akan dapat berkembang dengan baik, asalkan gangguan fisiknya dapat ditangani dengan baik. Misalkan anak yang tidak memiliki kaki yang lengkap namun pintar ia dapat masuk sekolah dimana sekolah itu memberikan fasilitas yang cukup sehingga anak tersebut tidak memperoleh kesulitan mengakses kelas dan ruang-ruang lainnya.
2)   Secara perilaku, anak dapat terganggu apabila gangguan yang dimilikinya itu menghambat gerakan, interaksi dengan orang lain. Sehingga anak perlu mendapat keterampilan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan diperlukannya
3)   Secara emosional, pada umumnya anak dengan gangguan fisik ini akan memiliki konsep diri yang rendah. Oleh karena itu harus terus didukung dan dikembangkan konsep diri yang positif pada anak tersebut
4)   Secara sosial, anak dengan gangguan fisik sangat memerlukan bantuan orang lain untuk dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka memerlukan akses yang sesuai sehingga gangguan fisik yang dimilikinya tidak terhambat.
5)   Secara fisik dan medis, anak dengan gangguan ini akan memiliki kondisi fisik dan medis yang berbeda dengan anak secara umum dan memerlukan perhatian yang khusus.
c.    Cara mengidentifikasi anak dengan gangguan fisik adalah dengan melakukan asesmen terhadap kondisi medis dan fungsi fisiknya. Selain itu perlu juga dilakukan asesment terhadap fungsi intelektual, prestasi akademik, bahasa dan area-area lain yang terkait. Semua asesmen ini dilakukan oleh ahlinya.
Apabila telah diketahui kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh anak dengan gangguan fisik ini maka penanganan harus segera dilakukan sejak dini dan menyeluruh, agar anak dapat berkembang secara optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar